Sejarah Marga Kolopaking: Jejak Kejayaan dari Tanah Jawa
Marga Kolopaking, yang juga dikenal sebagai Kalapaaking, memiliki akar sejarah yang kaya dan menarik. Berikut adalah cerita mengenai asal-usul marga ini:
- Asal Muasal: Marga Kolopaking pertama kali muncul pada era Kerajaan Mataram Islam. Nama “Kolopaking” berasal dari kata “kelapa” yang artinya buah kelapa, dan “aking” yang artinya kering. Seiring waktu, penyebutan nama ini mengalami perubahan menjadi “Kalapaaking” dan digunakan secara turun temurun dalam keluarga keturunan Kertawangsa hingga saat ini 12.
- Sunan Amangkurat I: Cerita sejarah Kolopaking terkait dengan Sunan Amangkurat I. Pada suatu malam hujan di wilayah Panjer (sekarang Kebumen), Amangkurat I yang terluka dan sakit singgah di rumah Kertawangsa. Kertawangsa bermaksud memberi tamunya air kelapa muda, tetapi karena gelap dan hujan, secara tidak sengaja ia memberikan air kelapa tua (kelapa aking). Ternyata, hal ini membuat kondisi Amangkurat I berangsur membaik. Sebagai bentuk rasa terima kasih, Amangkurat I mengangkat Kertawangsa sebagai Tumenggung Kelapa Aking untuk wilayah Panjer. Kertawangsa juga menikahkan puterinya dengan Amangkurat I 1.
- Penerus Jabatan: Gelar Tumenggung Kelapa Aking melekat pada keluarga Kertawangsa secara turun temurun. Setelah Kertawangsa (Kalapaking I), jabatan ini diteruskan oleh putranya, Ki Bagus Mandingin (Kalapaking II), dan cucunya, Ki Bagus Sulaiman (Kalapaking III). Jabatan tumenggung dijabat oleh keluarga Kolopaking hingga Kalapaking IV 1.
Keluarga Kolopaking memiliki peran yang signifikan dalam sejarah Jawa, terutama di wilayah selatan. Berikut beberapa aspek mengenai peran mereka:
- Asal Usul Nama: Nama “Kolopaking” berasal dari “kelapa aking” (kelapa kering/tua). Cikal-bakal keluarga besar Kolopaking adalah Kiai Bagus Kertawangsa, yang memberikan kelapa aking kepada Amangkurat I, Raja Mataram Islam. Sebagai rasa terima kasih, Amangkurat I memberi Kertawangsa gelar Tumenggung Kelapa Aking, dan seiring waktu, “Kelapa Aking” berubah menjadi “Kolopaking” 1.
- Peran dalam Perjuangan: Keluarga Kolopaking gigih melawan penjajahan Belanda. Mereka menduduki jabatan sebagai Bupati atau Adipati Kebumen selama 156 tahun, dari Kolopaking I hingga Kolopaking IV. Tumenggung Kolopaking IV bahkan berdiri di belakang perjuangan Pangeran Diponegoro. Setelah Perang Jawa berakhir, keluarga Kolopaking juga merasakan dampaknya 2.
- Tokoh Intel: Salah satu anggota keluarga, Soemitro, memiliki peran penting dalam sejarah. Setelah belajar di Belanda, ia kembali ke Hindia Belanda dan menjadi pegawai di Pegadaian, Pabrik Teh, dan akhirnya perwira Polisi di Bandung. Soemitro adalah salah satu pendiri Perhimpunan Indonesia dan berkontribusi pada perubahan kebijakan di kepolisian 1.